Kali ini aku mau review novel perkucingan dengan genre fantasi, judulnya Pembaca Bintang Di Kedai Kopi Bulan Purnama karya Mochizuki Mai.
Buku ini tebalnya sekitar 278 halaman, dan diterjemahkan juga diterbitkan oleh Penerbit Baca. Setiap eksemplar bukunya dengan tanda “postcard” akan mendapatkan postcard dengan ilustrasi menu-menu yang disajikan oleh kedai kopi bulan purnama.
Postcard-nya lumayan banyak, dan ilustrasinya lucu-lucu. Bisa banget jadi koleksi kamu nih.
Mari kita langsung ke sinopsisnya dulu.
Sinopsis Pembaca Bintang Di Kedai Kopi Bulan Purnama
Novel ini mengisahkan tentang sebuah cafe bernama Kedai Kopi Bulan Purnama yang memiliki pembaca bintang di dalamnya, yang seekor kucing disebut “Master”.
Salah satu keunikan dari kedai kopi ini adalah para pegawai dan pemiliknya, semuanya kucing yang bisa berbicara dengan berbagai jenis dan ukuran. Sang Master merupakan pemilik, serta kucing paling besar, kira-kira sebesar orang dewasa dengan tinggi 2 meter. Orang-orang melihatnya seperti melihat manusia dengan kostum kucing.
“Kedai Kopi Bulan Purnama” tak punya lokasi tertentu. Kadang di jalan pertokoan yang kamu kenal baik, kadang di stasiun penghabisan, kadang di bantaran sungai yang sunyi. Kedai ini berpindah-pindah tempatnya, muncul di mana saja sesuka hati. Dan, di kedai ini para tamu takkan ditanyai pesanan.
Kisah mengharukan dari pencarian jati diri dan solusi atas masalah yang sedang dihadapi, sang master pembaca bintang memberikan sajian istimewa dan bimbingannya kepada setiap tamu yang datang. Kisah-kisah yang bisa menghangatkan setiap pembacanya.
Mulai dari Bu Guru dan penulis skenario kondang bernama Serikawa Mizuki, sampai ke anak-anak muda bernama Akari, Satsuki, Megumi, dan Mizumoto. Yang tidak disangka, takdir mereka punya benang merah tersendiri seperti saling menyambung satu sama lain.
Review Pembaca Bintang Di Kedai Kopi Bulan Purnama
Disclaimer dulu, sebelum aku membaca ini, aku baca buku yang judulnya “Jika Kucing Lenyap Dari Dunia” dan penilaian dari aku terhadap buku itu sangat tinggi. Jadi, imbasnya adalah, ekspektasi aku terhadap buku ini sangat tinggi. Tapi aku akan berusaha memberikan review secara objektif.
Buku Pembaca Bintang Di Kedai Kopi Bulan Purnama, menyoroti ilmu astrologi barat dengan pakarnya bernama Miyazaki Eriko. Tapi aku sendiri hanya tahu ilmu astrologi ini sebatas perbintangan dari bulan kelahiran aja, kayak Capricorn, Aquarius, Pisces, Aries, Taurus, dll. Sebatas itu. Jadi sebenarnya agak mikir juga saat baca buku ini dan gak relate.
Tapi, penulis mengatakan bahwa, ilmu perbintangan ini bisa banget diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, jika saja kita mau memperdalamnya.
Dan jika dilihat dari penjelasan penulis di sini, ilmu perbintangan ini cukup menarik. Seperti halnya, umur manusia itu bisa dikategorikan berdasarkan planet.
Kurang lebih isinya begini,
- Bulan, merujuk dari kelahiran sampai usia 7th. Masa manusia menumbuhkan indera, perasaan dan hati.
- Merkurius, merujuk dari usia 8th hingga 15th. Masa manusia mengenal masyarakat, yaitu dengan sekolah.
- Venus, merujuk dari usia 16th hingga 25th. Masa manusia mengenal cinta, menghias diri, dan menemukan kenikmatan. Bisa juga termasuk hobi, hiburan dan percintaan.
- Matahari, merujuk dari usia 26th sampai 35th. Manusia mulai bisa berjalan dengan kakinya sendiri.
- Mars, merujuk dari usia 36th hingga 45th. Manusia mulai memanfaatkan kemampuannya setelah melalui proses pembelajaran.
- Jupiter, merujuk usia 46th hingga 55th.
- Saturnus, merujuk usia 56th hingga 70th.
- Uranus, merujuk usia 71th hingga 84th.
- Neptunus, merujuk usia 85th hingga kematian
Penjelasannya secara keseluruhan, semua itu harus dihadapi bertahap oleh setiap manusia. Jika tidak, nanti akan ada semacam ujian lanjutan di pertengahan yang mematangkan diri. Itulah yang dihadapi para karakter di sini dan yang dicoba dibantu oleh para kucing.
Untuk eksekusi cerita mengenai perbintangan ini, aku kurang paham. Ujung-ujungnya jadi kurang menikmati. Seperti yang aku bilang di awal tadi, gak relate. Kecuali kalau paham ya, bisa saja sih penilaian aku akan berbeda.
Tapi ada beberapa hal yang aku suka dari buku ini.
- Ilmu baru perbintangan
- Jenis makanan beserta ilustrasi yang bikin ngiler
- Cerita akhir yang menghangatkan jiwa
Cerita di akhir bab ternyata punya benang merah tersendiri. Semua karakter terlibat di masa lalu, semacam hukum tabur tuai. Ketika kamu dulunya pernah berbuat baik, saat menemui kesulitan akan muncul kebaikan tidak terduga, yaitu jawaban dan solusi atas permasalahan hidup masing-masing karakter.
Kesimpulan
Buku ini aku kasih rate 4 dari 5 bintang. Kalau saja aku bisa memahami lebih jauh soal penjelasan perbintangan, mungkin aku akan kasih nilai sempurna. Tapi lagi-lagi aku gak paham, jadi saat masuk ke pembacaan bintang, aku kurang meresapi kata-katanya.
Tapi overall, buku ini punya kisah yang hangat, mengingatkan kita bahwa setiap ada masalah pasti ada solusi, dan selama kita bisa berbuat baik, berbuat baiklah. Kita gak pernah tahu, akan ada kebaikan apa kedepannya yang bisa membantu hidup kita nanti. Hukum tabur tuai itu nyata di dunia ini.
0 Komentar