Kali ini aku mau membahas sebuah novel bergenre fiksi kontemporer dengan sedikit bumbu fantasi, berjudul “Jika Kucing Lenyap Dari Dunia”.
Tapi sebelum itu aku mau nanya dulu nih sama kamu semua, bagaimana jika kamu diminta untuk menghilangkan hal-hal berharga dalam hidup kamu hari ini untuk menyambung nyawa kamu esok hari? Kira-kira hal apa yang akan kamu hilangkan, dan apa dampaknya bagi hidup kamu?
Nah, sembari kamu memikirkan hal itu, mari kita masuk dulu ke pembahasan novel ini.
Sekilas Novel Jika Kucing Lenyap Dari Dunia
Novel ini sebenarnya udah terbit lama, diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit baca sejak april 2020. Buku yang aku punya kebetulan cetakan pertama, di bulan april 2020.
Judul aslinya sendiri adalah “Sekai Kara Neko Ga Kieta Nara” ditulis oleh Genki Kawamura. Yup, ini novel Jepang yang berisi perenungan hidup ketika seseorang diberikan keajaiban untuk menambah masa hidup 1 hari yang ditukar dengan 1 hal yang penting untuk dirinya.
Kebetulan aku juga bertanya-tanya, kenapa judul yang di-highlight terkait “kucing”? Setelah aku tanya mbah google, kucing adalah makhluk yang dihormati dan dipercaya memberikan keberuntungan dan hal-hal positif lainnya oleh masyarakat Jepang. Jadi, pemilihan judul yang melibatkan kucing, udah jelas akan memantik rasa penasaran masyakarat Jepang.
Buku ini juga tertulis udah terjual lebih dari 2 juta eksemplar di Jepang sendiri. Jadi buku ini dipastikan sangat populer ya di Jepang dan juga populer di dunia karena sudah diterbitkan ke 14 bahasa termasuk bahasa Indonesia.
Sinopsis Novel Jika Kucing Lenyap Dari Dunia
Cerita dimulai dari seorang petugas pos yang divonis terkena kanker otak stadium 4 dan umurnya sudah gak lama lagi. Dia pulang ke rumah dengan frustasi karena kabar yang mengejutkan itu.
Di rumah, dia menemukan sosok yang mirip dengan dirinya sendiri. Sosok tersebut mengaku sebagai iblis dan memberikan 1 kesepakatan, dimana dia bisa memperpanjang hidup 1 hari dengan menghilangkan 1 hal.
Hal yang akan dihilangkan, tergantung dari si iblis. Artinya, si iblislah yang memilih hal apa saja yang akan dihilangkan dari dunia.
Ada banyak pilihan, tapi yang benar-benar diminta si Iblis adalah, telepon, film, jam, waktu, dan terakhir kucing.
Bagaimana dia menghadapi iblis ini? Benarkah dia menyetujui si iblis akan kucing yang dihilangkan dari dunia?
Review Novel Jika Kucing Lenyap Dari Dunia
Bagaimana pertanyaan aku di awal tadi? Sudahkah kamu memikirkan bagaimana jika kamu diminta untuk menghilangkan hal-hal paling berharga dalam hidup? Maukah kamu menghilangkannya?
Tentu saja jawabannya, tidak ya. Tapi kalau kepepet kayak si tokoh yang ada di novel ini? Tentu dong bingung, antara harus mempertahankan hidup atau mempertahankan hal berharga hal itu tetap ada.
Novel ini memang jadi perenungan hidup bagi semua orang. Terkadang kita melupakan hal yang paling penting, dan menggantinya dengan hal yang menurut kita sama pentingnya.
Sesuai dengan perkataan dari ibu tokoh utama “Seringkali orang akan merasa kehilangan setelah hal itu hilang.” Ini juga yang dirasakan sama tokoh utama di buku ini.
Ada 4 hal sebenarnya yang diminta si iblis untuk dihilangkan, yaitu telepon, film, waktu, dan kucing. Dimana semuanya merupakan hal berharga bagi si tokoh utama.
Tapi dia merenungi dan menyadari bahwa ada hal penting lainnya, ketika satu per satu hal tersebut dilenyapkan si iblis. Dan di sini aku akan bahas secara umum tentang apa yang ingin disampaikan penulis dalam novelnya.
1. Telepon
Memang betul telepon itu bisa mendekatkan yang jauh, tapi sebenarnya telepon juga bisa menjauhkan yang dekat. Dulu disaat tidak ada telepon, kita akan diliputi rasa gelisah karena ingin segera menemui orang yang kita rindukan.
Setiap harinya, kita akan memikirkan dia, “dia lagi ngapain, lagi dimana, lagi sama siapa” dan kita cenderung memikirkan hal-hal positif, kayak “oh mungkin lagi tidur, oh mungkin sekolah”, dan lainnya. Memicu timbulnya rasa saling percaya.
Bahkan, ketika kita marah pun, kita cenderung akan memikirkannya. Bagaimana jiika aku marah sama dia dan berkata hal ini, berkata hal itu, itu kita akan memikirkannya.
Tapi ketika komunikasi jauh lebih mudah. Kita cenderung tidak memikirkan hal itu, mengacuhkan empati dan langsung blak-blakan mengatakannya, entah itu lewat telepon maupun pesan. Yang berujung memicu konflik.
Kita memperoleh kemudahan untuk menghubungi orang lain dengan cepat melalui telepon, tapi sebagai gantinya kita kehilangan waktu untuk memikirkan atau membayangkan orang lain. telepon telah merampas waktu untuk menimbun empati dari kita dan menguapkannya. - Hal 84
2. Film
Sebenarnya bagian ini lebih ke hobi. Hobi juga terkadang menyita perhatian kita sampai melupakan hal-hal berharga di hidup kita. Kita terlalu fokus sama hobi kita, menikmati kesenangan dari situ, dan melupakan kesenangan dari hal lainnya. Bahkan mengabaikan keluarga.
Fenomena ini sebenarnya di Jepang lebih ke orang-orang yang melabeli dirinya sebagai “otaku” dan fokus di kamarnya sendiri, bahkan mengabaikan keluarga untuk menonton anime, dan sebagainya.
Jika dilihat dari dekat, hidup manusia itu tragedi, tapi jika dilihat dari jauh, itu merupakan komedi. - Hal 98
Percuma memikirkan makna. Lupakan saja makna. Hidup itu indah dan Cemerlang. Bahkan hidup ubur-ubur pun punya makna. - Hal 99
3. Jam
Bagian ini lebih menyoroti soal kebebasan. Ada qoute yang ngena banget menurut aku dari si iblis yang mendadak bijak.
Soalnya, kaum manusia salah sangka bahwa mereka memandang dunia apa adanya, tapi nyatanya mereka memandangnya berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh manusia sesuai dengan kemauannya saja. - Hal 145
Tanpa dipungkiri hidup kita sehari-hari diukur dengan jam. Berapa waktu yang bisa dihabiskan untuk me-time misalnya, atau berapa lama yang bisa dihabiskan untuk bekerja, dan sebagainya. Hingga akhirnya, semakin dewasa kegiatan kita semakin banyak, kita seolah tidak punya waktu untuk hal lain.
Tokoh utama yang merasakan hilangnya waktu, dia merasa bahwa dirinya bebas dari kekangan duniawi. Menikmati hari-harinya, tanpa harus melihat jam, dan fokus mengobrol serta bermain dengan kucing kesayangannya.
Bisa kita simpulkan ya, bahwa hidup itu sederhana, yang bikin rumit itu manusianya sendiri. Ketika waktu lama berlalu, kita amit-amitnya terkena penyakit mematikan, barulah kita mikir, “ternyata kita udah gak punya waktu ya?” Terus selama ini kemana aja?
4. Kucing
Secara umum ini bisa dikaitkan dengan hal-hal yang paling berharga di hidup kita. Contohnya, keluarga, pasangan, ataupun sahabat. Ketika kita berada di satu titik untuk menghilangkan hal tersebut, kenangan apa yang mungkin kita ingat dan seberapa berharganya itu bagi kita?
Dalam novel ini, kucing menjadi pemicu kebahagiaan keluarganya. Di titik ini, tokoh utama barulah menyadari bahwa ada hal-hal yang jauh lebih berharga yang harus dipertahankan, daripada egonya sendiri, yaitu keluarga.
Pada saat yang benar-benar terakhir, kamu menyadari siapa yang bermakna besar dan apa yang berharga tak ada duanya bagimu sehingga dapat mengetahui betapa indahnya hidup di dunia ini. Setelah satu kali putaran berkeliling dunia, kamu melihat dunia dari sudut pandang yang baru dan sadar bahwa meskipun dunia itu terdiri dari hari-hari yang membosankan, tetap indah lebih dari cukup. - Hal 233
Dari quote ini aja cukup menjelaskan bahwa seburuk-buruknya hidup kita, pasti ada hal indah yang bisa kita pertahankan untuk menjadi energi di hidup kita. Kenang kembali masa indah yang pernah dilalui, dan jadikan itu kekuatan untuk menjalani dan melalui segala hal berat yang harus kita lalui dalam hidup ini.
Kita memang hidup cuma sekali, tapi tetap kita harus bijak dalam menyikapi segala sesuatu dan melangkah kedepan.
Kesimpulan
Buku Jika Kucing Lenyap dari Dunia bisa jadi sebuah perenungan hidup yang gak main-main. Menyadarkan bahwa segala sesuatu akan terasa jauh lebih berharga saat hal itu lenyap. Seperti halnya yang dibahas di buku ini, telepon yang sering menyita waktu kita, hobi yang sering membuat kita melupakan hal penting lainnya, waktu yang sering membuat kita gelisah, hewan peliharaan, dan terakhir nyawa sendiri.
Renungkan, bagaimana jika semua itu lenyap? Pada akhirnya kita akan kembali ke "rumah" kita semula. Keluarga.
Buku ini dapat bintang 5 dari aku dan jadi buku yang akan aku baca lain kali. Sorry kalau ngereview buku ini agak melow, karena emang ceritanya bikin melow dan juga merenung.
Sekian review kali ini, thank you banget yang udah baca dan sampai jumpa di review buku selanjutnya. Aku mau nangis dulu guys, bye!
0 Komentar