Aku, Wanita dan 20 Ribu Kata

 

Aku, Wanita dan 20 Ribu Kata

Kalian pernah dengar gak, katanya seorang wanita itu rata-rata bisa bicara 20.000 kata dalam sehari. Makanya perempuan itu kalau udah ngumpul terus ngobrol pasti gak selesai-selesai, ada aja yang diobrolin.

Tapi gimana ya untuk perempuan yang gak ada lawan untuk ngobrol?

Aku mau berbagi sedikit cerita soal aku di sini gak masalah kali ya. Tentang aku yang memang tidak terbiasa berbicara panjang, bagaimana kondisi mental yang aku rasain dan solusinya.

Aku yang Jarang Bicara

Aku pernah lihat di salah satu reels yang isinya “perempuan itu sejatinya banyak omong, kalau dia gak ngomong berarti ada masalah di hatinya”. Aku lupa siapa yang bicara soal ini tapi yang pasti dia laki-laki, dan sepertinya seorang ustad atau motivator.

Saat itu jantungku tiba-tiba berdetak keras “deg”, kata-kata bapak itu benar-benar menusuk. Karena memang yang terjadi demikian dalam hidupku dulu. Aku gak pernah benar-benar punya teman berbicara, makanya itu, aku jadi jarang berbicara.

Orang tuaku sibuk dengan perasaannya masing-masing, maklumlah keluargaku terpecah dan orang tuaku bercerai.

Setiap kali bicara, yang ada hanya makian “sana ke bapakmu”, “sana ke ibumu”, dan itu melekat dipikiranku sampai - sampai aku berpikir, “lebih baik aku diam saja” dan ini berlangsung hingga aku dewasa.

Tapi solusi yang aku ciptakan adalah dengan “mendengarkan”. Aku jalin banyak pertemanan, entah itu teman komunitas, teman geng sekolah, teman kuliah, dan lain-lain. Hidupku jadi didedikasikan untuk teman, karena orang tua gak pernah benar-benar hadir.

Tapi, dengan begitu, aku merasa lega. Mentalku terjaga, aku merasa begitu sih walaupun kadang gak stabil, dan aku jadi terlihat lebih berkelas.

Kondisi Mental Setelahnya

Setelah aku menikah, semua berubah. Aku harus mendedikasikan hidupku ke keluarga kecilku. Memang tidak ada yang salah dengan itu, tapi solusi “mendengarkan” yang aku miliki jadi hilang.

Hari demi hari aku lalui dengan tidak banyak bicara, begitupun suamiku. Bahkan lebih parah saat kami bertengkar. Tidak ada satupun kata keluar dari mulut ataupun kata yang aku dengar, kecuali dari handphone.

Bagaimana mentalku? Mulai terguncang. Aku mulai gak stabil, merasa kesepian, merasa diabaikan, sering emosi, dan sering melampiaskannya ke hal-hal yang menurutku gak layak aku ceritakan di sini.

Aku mulai ambil kesibukan. Bekerja freelance, membeli usaha minuman, dan banyak lagi. Tapi, gak cukup, rasanya tetap ada yang hilang dari diriku.

Hubungan aku dan suami pun makin sengit. Makin sering bertengkar. Kondisi rumah jadi tidak kondusif. Hingga suatu hari aku menemukan titik balik hidupku. “Aku gak boleh seperti ini terus, semua jadi tersiksa karena aku.” dari situ aku mulai kembali fokus, mencari tahu solusi apa yang bisa aku terapkan untuk hal ini.

Baca Buku, Review, Blog, Film

Ada 4 hal yang sekarang menjadi hobi aku. Membaca buku, mereview buku, menulis blog dan menonton film. Semuanya ini dalam rangka solusi “wanita dan 20 ribu katanya”.

Aku bisa melihat banyak dialog dengan membaca buku, aku bisa mengeluarkan ribuan kata dengan membuat video review dan menulis blog, aku juga bisa mendengarkan dialog orang-orang dari menonton film.

Aku sudah tidak lagi menuntut harus bertemu teman, tidak lagi menuntut suami untuk bercerita agar aku bisa mendengarkan, dan tidak lagi menuntut apapun.

Aku bisa lebih enjoy dalam menjalani hidup, emosiku mulai stabil, tidak ada lagi mengamuk, kesepian, apapun itu. Semuanya sempurna buat aku, dan aku jadi dikenal sebagai orang yang kutu buku dan introvert.

Kenapa orang-orang seenaknya melabeli orang introvert dan ekstrovert begitu ya? dan kutu buku? aku juga suka menonton film dan drama, kenapa gak ada istilah kutu film?

Penutup

Aku bingung mau menutup postingan ini seperti apa. Tapi intinya, bagi para wanita yang mungkin punya struggle yang sama kaya aku. Kamu bisa kok tetap mengeluarkan 20 ribu kata per harinya biar gak stress-stress amat, caranya bisa kamu eksplor sendiri.

Kalau males nulis blog, bisa bikin vlog youtube, kalau males vlog youtube bisa dengan curhat ala-ala podcast di platform yang ada. Siapa tahu pengalaman kamu yang mungkin menurut kamu gak ada apa-apanya bisa berarti banyak buat orang lain.

Posting Komentar

0 Komentar