Perlu 2 bulan aku membaca buku ini dan sejujurnya buku ini bikin aku terkena reading slump. Bayangin aja deh, buku setebal kurang lebih 500 halaman gak sebanyak buku sebelumnya tapi otak udah menolak buat mencerna. Seperti itulah buku ini.
Mungkin karena sebenarnya aku udah mumet juga sama buku-buku sebelumnya, jadi pas baca buku ini udah lelah duluan.
Tapi aku tetep baca karena penasaran sama kisah Minke selanjutnya, dan inilah sinopsis serta reviewnya.
Sinopsis Rumah Kaca
Pangemanann diangkat menjadi Staff Algemene Secretary setelah peristiwa penangkapan dan pengasingan Minke ke Ambon.
Tuan Pangemanan pada dasarnya merasa menyayangkan atas pengasingan Minke dan sehari-hari dia dihantui oleh Minke yang dia sebut si “Pitung Modern”. Dia merasa tertekan secara batin, dan berujung ke sering minum-minum.
Terlebih dengan tugasnya yang baru, yaitu mengawasi setiap gerak gerik organisasi pribumi di Hindia. Melaporkannya ke Gubermen untuk selanjutya ditindak lanjuti jika diduga mengancam kepemimpinan Gubermen.
Batinnya yang tersiksa karena satu sisi dia ingin membela tanah airnya, tapi satu sisi dia tidak mau kehilangan kehormatan sebagai staff penting Gubermen dan berujung dengan kembali minum minuman keras. Rumah tangganya hancur, dan dia terjerat beberapa kasus dengan bandit yang mengancamnya dengan hukum.
Dia kembali menantikan kembalinya Minke dari pengasingan, tapi kapan, dan apa yang bisa dia lakukan? Dia pun tidak tahu. Minke sudah dia anggap sebagai panutan dan guru bangsa.
Review Rumah Kaca
Sumpah ya aku pusing baca tetralogi buru terlebih 2 buku terakhir. Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Di novel Rumah Kaca memang tidak ada sosok Minke karena Minke berada di pengasingan, di sini lebih menceritakan kegiatan-kegiatan Pangemanann sebagai staff pemerintah Gubermen dan bagaimana penyesalan Pangemanann terhadap tindakannya ke Minke.
Seperti biasa, banyak sekali pembahasan terkait politik yang bikin otak aku gak sampai mengerti pembahasannya kemana. Hanya sedikit yang bisa aku cerna.
Intinya Pangemanann ini adalah orang yang ditunjuk Gubermen untuk mengawasi segala hal yang terjadi di Hindia. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, dia akan menulis sebuah memo dan memo itulah yang akan dipergunakan untuk melakukan tindakan hukum.
Pangemanann dalam pengertian aku, dia ini sosok yang sebenarnya menyayangi tanah airnya tapi tidak cukup berani untuk membela tanah air. Dia masih tidak rela jika kehilangan jabatan, kehormatan, dan terutama gaji yang dia punya saat ini. Meski berlawanan dengan hati nurani, dia terus saja bekerja dengan Gubermen, mengikuti semua perintah Gubermen.
Di akhir masa pekerjaannya, dia tetap saja tidak mencoba untuk mengikuti nuraninya, dan membiarkan Minke kembali bernasib buruk.
Buku tetralogi buru ini menurutku, lebih cocok disebut dengan biografi ketimbang novel. Karena semuanya bercerita tentang kisah hidup Minke, mulai dari awal mula dia melihat pribumi karena Annelies yang mencintai pribumi, sampai ke akhir hidupnya.
Tapi mungkin karena dibuat untuk menyamarkan tokoh asli, sehingga seolah-olah cerita ini fiksi. Padahal ya, isinya blak-blakan banget tentang kisah hidup Minke alias RM. Tirto Adhi.
Aku juga jadi penasaran, siapa sebenarnya sosok asli dari Pangemanann ini. Kalau ada yang tahu coba tulis komentar di bawah ya.
0 Komentar