Judul: Mengapa Pernikahan Memuakkan
Penulis: Sophia Mega
Penerbit: Lire Publisher
Tebal Buku: 57 Halaman
Pernikahan begitu memuakkan, begitu kata banyak orang. Mulai karena membutuhkan biaya yang tak sedikit hingga kita harus kehilangan diri dan cita-cita karena menikah. Tetapi pernahkah kamu bertanya bahwa, apakah demikian memuakkannya pernikahan? Di sini, pertanyaan-pertanyaan itu sedang dicoba untuk ditemukan.
Pesta Pernikahan Sepenting Itukah?
Buku Mengapa Pernikahan Memuakkan karya Sophia Mega dimulai dengan pembahasan, kenapa pesta pernikahan dianggap penting hingga ada pasangan yang berani berhutang demi melaksanakan pernikahan yang megah?
Mega menuliskan keresahannya dengan gamblang tentang pesta pernikahan ini. Ketika pernikahan menjadi sebuah ajang unjuk diri antara mampu dan tidak mampu bagi para orang tua. Aku memang pernah dengar juga, ada stigma di masyarakat di mana jika pernikahan sampai tidak diadakan pesta, para tetangga akan menyimpulkan ada yang disembunyikan.
Hal ini bahkan menjadi permasalahan tersendiri, bagi para keluarga calon besan hingga ada yang berselisih paham. Padahal kalau ditanya lagi kepada pasangan yang akan menikah, mungkin saja mereka akan bilang "sederhana saja, yang penting sah".
Jadi, apa pesta pernikahan penting? Agak sulit dijawab memang.
Ketika Handuk Basah Jadi Perkara
Mega juga menyematkan pembahasan handuk basah yang bisa memicu pertengkaran sengit. Seolah masalah pernikahan itu tidak serta merta berhenti saat penghulu berkata "Sah!" atau sesaat setelah semua para tamu undangan dan keluarga pulang ke rumah masing-masing.
Perkara kecil seperti handuk basah ini saja bisa memicu pertengkaran.
Hal-hal seperti ini jika ditimbun terlalu lama malah akan terasa memuakkan bukan? Lantas, Mega mempertanyakan "Lalu apa arti pernikahan itu?"
Di buku ini Mega mengutip kalimat dari buku Saya, Jawa dan Islam, secara singkat menjelaskan bahwa "menikah adalah bagian dari kehidupan untuk belajar menaklukkan diri dari nafsu diri untuk menjadi sebaik-baik manusia."
Semuanya Tentang Komunikasi
Ketika permasalahan rumah tangga mulai menimpa pasangan yang sudah menikah, terkadang komunikasi lebih sulit dari pada saat pacaran. Entah kekuatan ego mana yang bisa membuat hal ini terjadi, tapi ini nyata adanya. Saat pacaran dulu mungkin kita ga akan ragu untuk berbicara lebih dulu, minta maaf lebih dulu, dan mudah sekali mengatakan "iya, aku juga minta maaf".
Setelah menikah, semua hal itu buyar begitu saja. Padahal yang terpenting dalam suatu hubungan adalah "Komunikasi".
Di buku ini mega menjelaskan tentang "Love Language" atau "Bahasa Cinta". Bahasa cinta itu bermacam-macam, bisa dengan sentuhan fisik, pujian atau mungkin perhatian tidak terduga. Singkatnya, utarakan apa bahasa cinta kamu dan coba lebih peka terhadap bahasa cinta pasangan kamu.
Memang membangun cinta itu lebih sulit daripada jatuh cinta.
Review Singkat Mengapa Pernikahan Memuakkan
Headline-headline diatas merupakan beberapa headline yang memang dirasa penting untuk diutarakan disini. Memang tidak memuat keseluruhan isi buku, tapi isinya memuat beberapa hal diatas.
Judulnya bisa membuat orang ke-trigger. Saat aku post di story whatsapp, ada beberapa yang membalas dengan curhatan soal rumah tangganya. Sepertinya mereka muak dengan pernikahan mereka.
Judulnya memang memancing perhatian orang, seolah berkata ada hal-hal yang membuat pernikahan menjadi memuakkan. Padahal isinya, hanya masalah-masalah umum yang biasa dihadapi pasangan. Tidak ada masalah ekstrim seperti berselisih paham dengan mertua atau ipar, padahal aku menantikannya. Hahaha.
Buku ini berbentuk esai, dan merupakan pengalaman penulis sendiri. Penulis menjadikan dirinya tokoh utama dalam buku ini yang mengalami berbagai peristiwa seperti berbeda pendapat soal pesta pernikahan, cita-citanya setelah menikah, masalah-masalah kecil rumah tangga, dan hal lain dalam pernikahan yang menurutku masih dalam tahap "umum".
Buku ini worth untuk dibaca dikala duduk bersantai sambil minum kopi dan ingin ditemani bacaan ringan.
Untuk review buku lainnya bisa klik menu Books
Kerjasama review dan lainnya bisa email ke ikarireads@gmail.com
0 Komentar