Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal Buku: 724 Halaman
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.
Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.
Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.
Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.
Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.
Review Singkat Aroma Karsa, Dee Lestari
Ini adalah buku pertama Mbak Dee yang aku baca sampai selesai, karena yang sebelumnya series Supernova, aku udah menyerah membaca di beberapa halaman awal. Jadi horray, akhirnya aku bisa menikmati karya Mbak Dee sampai habis.
Buku ini berkisah tentang Raras Prayagung yang mencari bunga Puspa Karsa yang konon hanya dengan sarinya saja, bisa menaklukan semua manusia bahkan dunia. Tidak ada yang tahu bunga seperti apa itu Puspa Karsa, dan di mana. Berbekal lontar kuno dan 2 botol amber kecil peninggalan neneknya.
Raras Prayagung melaksanakan mandat dari neneknya untuk mencari bunga Puspa Karsa yang sakti itu. Dua puluh enam tahun setelah ekspedisinya yang pertama, dia memulai ekspedisi kedua, namun sekarang dia ditemani oleh Jati Wesi si hidung tikus dan Tanaya Suma anak angkatnya. Raras Prayagung optimis kalau ekspedisinya akan berhasil kali ini.
"Tidak ada bunga lain yang dapat membuat manusia lebih tergila-gila"
Kata-kata itu muncul di awal-awal bab, sering muncul malah, dan ga pernah tersadar kalau itu salah satu clue tentang si Puspa Karsa ini. Ini buku page turner banget, kalau aku ga ada kesibukan lain pasti ini mah sehari udah beres. Se-seru itu memang!
Buku fantasi yang kental akan unsur Indonesia-nya, menarik sekali. Belum lagi aku tertohok sama deskripsi aroma, sampai-sampai aroma bangkai manusia yang belum 7 hari ada deskripsinya, katanya baunya mirip sama nanas dan apel. (Alhamdullilah, ga kepengen nyoba nyium juga).
Sangking enjoynya baca buku ini sampe-sampe aku rela baca sampe ngantuk, baru berhenti setelah sadar kalau sampai buku segede gini niban kepala bisa-bisa benjol.
Plot twistnya dapet, tapi masih bisa ketebak. Yang ga ketebak itu teka teki si Jati Wesi anak siapa, atau mungkin memang dia ga ada ibu bapaknya? Tapi kok bisa?
Endingnya dibiarkan ngegantung, ya gpp sih, aku lebih suka yang begini. Jadi pikiranku sebagai pembaca bisa liar mengatur akhir kisah Jati Wesi dan Suma.
Jadi, menurutku buku ini paket kumplit buat aku yang penggemar sejarah kuno Indonesia ya. Aku ga tahu sejarah Mahesa Guning itu beneran ada atau ga, tapi kalau nyerempet ke mitos Gunung Lawu, Dwarapala, Candi Sukuh itu memang ada.
Tapi Dwarapala sendiri bukan desa ya, dia perwujudan dua makhluk penjaga yang kalau kita perhatikan di Candi-candi sering sekali di setiap pintu masuk ada 2 patung yang di taruh di kanan kiri-nya.
Buku ini berkisah tentang Raras Prayagung yang mencari bunga Puspa Karsa yang konon hanya dengan sarinya saja, bisa menaklukan semua manusia bahkan dunia. Tidak ada yang tahu bunga seperti apa itu Puspa Karsa, dan di mana. Berbekal lontar kuno dan 2 botol amber kecil peninggalan neneknya.
Raras Prayagung melaksanakan mandat dari neneknya untuk mencari bunga Puspa Karsa yang sakti itu. Dua puluh enam tahun setelah ekspedisinya yang pertama, dia memulai ekspedisi kedua, namun sekarang dia ditemani oleh Jati Wesi si hidung tikus dan Tanaya Suma anak angkatnya. Raras Prayagung optimis kalau ekspedisinya akan berhasil kali ini.
"Tidak ada bunga lain yang dapat membuat manusia lebih tergila-gila"
Kata-kata itu muncul di awal-awal bab, sering muncul malah, dan ga pernah tersadar kalau itu salah satu clue tentang si Puspa Karsa ini. Ini buku page turner banget, kalau aku ga ada kesibukan lain pasti ini mah sehari udah beres. Se-seru itu memang!
Buku fantasi yang kental akan unsur Indonesia-nya, menarik sekali. Belum lagi aku tertohok sama deskripsi aroma, sampai-sampai aroma bangkai manusia yang belum 7 hari ada deskripsinya, katanya baunya mirip sama nanas dan apel. (Alhamdullilah, ga kepengen nyoba nyium juga).
Sangking enjoynya baca buku ini sampe-sampe aku rela baca sampe ngantuk, baru berhenti setelah sadar kalau sampai buku segede gini niban kepala bisa-bisa benjol.
Plot twistnya dapet, tapi masih bisa ketebak. Yang ga ketebak itu teka teki si Jati Wesi anak siapa, atau mungkin memang dia ga ada ibu bapaknya? Tapi kok bisa?
Endingnya dibiarkan ngegantung, ya gpp sih, aku lebih suka yang begini. Jadi pikiranku sebagai pembaca bisa liar mengatur akhir kisah Jati Wesi dan Suma.
Jadi, menurutku buku ini paket kumplit buat aku yang penggemar sejarah kuno Indonesia ya. Aku ga tahu sejarah Mahesa Guning itu beneran ada atau ga, tapi kalau nyerempet ke mitos Gunung Lawu, Dwarapala, Candi Sukuh itu memang ada.
Tapi Dwarapala sendiri bukan desa ya, dia perwujudan dua makhluk penjaga yang kalau kita perhatikan di Candi-candi sering sekali di setiap pintu masuk ada 2 patung yang di taruh di kanan kiri-nya.
0 Komentar